membeli waktu
dua ribu rupiah per jam. tiga jam per hari. rata-rata dua puluh hari dalam sebulan. tercatat dalam bentuk dua lembar tiket KRL Sudirman Ekspres tiap harinya. diitung-itung, aku keluar dana ekstra Rp 120.000,- per bulan dibanding kalo aku naik bus 44. tiket KRL ekspres AC kan Rp 8000,- sekali jalan.
kalau naik bus 44, cukup sepuluh ribu rupiah untuk PP dalam sehari. tapi tahu sendiri gimana macetnya jalur Ciledug-Senen. di Ciledug, masih ramai lancar. begitu deket Cipulir, mulai merayap. nyampe Cipulir, mulai berharap bisa terbang. lolos Cipulir, terjebak di Seskoal. dan hadangan masih berlanjut hingga Kebayoran Lama. total untuk PP aja bisa empat jam sehari, belum termasuk perjalanan dari rumah-halte, PP satu jam.
dengan KRL, aku cuma perlu waktu rata-rata dua jam per hari. itu udah termasuk waktu tempuh rumah-Stasiun Pondok Ranji-Stasiun Sudirman-kantor. kalo dari kantor jam 17.20, nyampe rumah ya kira-kira jam 18.20.
dengan KRL, Insyaallah aku selalu bisa shalat Maghrib berjamaah dengan suami tercinta. kalo naik bus? yang ada tiap hari jamak Maghrib-Isya'. trus aku juga ga perlu berangkat jam enam pagi biar ga nelat ngantor, jadi (at least) bisa masak ini itu dikit buat makan suami. dan si Shogun biru juga bisa lebih awet coz rute yang ditempuh relatif bebas dari jalan rusak+polisi tidur :D
dan tentunya hemat waktu+shalat Maghrib jamaah+motor awet jauh lebih penting ketimbang dana ekstra itu he he he
Alhamdulillah kami masih diberi kelapangan hingga ga terlalu berat mengeluarkan dana ekstra untuk naik KRL ekspres AC, jadi ga perlu berjubelan kaya ikan pindang di KRL ekonomi. Alhamdulillah meski masih roda dua, kami punya kendaraan pribadi. banyak orang lain yang harus mau dan rela naik angkutan umum yang sesak-ga aman-ga nyaman karena mereka ga punya pilihan lain.
btw, omong-omong soal desak-desakan di kereta ekonomi, aku jadi inget gerbong maut yang dipamerin di Museum Brawijaya, Malang. kalo ga salah, gerbong itu dipake Belanda buat angkut pribumi. saking penuh+panasnya, banyak yang meninggal di tengah jalan.
aku ga tau gimana desak-desakan jaman Belanda itu, tapi kalo ngeliat "pindang a la kereta ekonomi", jadi sempet nggumun: kayanya dunia perkeretaapian ga berubah jauh sejak jaman baheula
kalau naik bus 44, cukup sepuluh ribu rupiah untuk PP dalam sehari. tapi tahu sendiri gimana macetnya jalur Ciledug-Senen. di Ciledug, masih ramai lancar. begitu deket Cipulir, mulai merayap. nyampe Cipulir, mulai berharap bisa terbang. lolos Cipulir, terjebak di Seskoal. dan hadangan masih berlanjut hingga Kebayoran Lama. total untuk PP aja bisa empat jam sehari, belum termasuk perjalanan dari rumah-halte, PP satu jam.
dengan KRL, aku cuma perlu waktu rata-rata dua jam per hari. itu udah termasuk waktu tempuh rumah-Stasiun Pondok Ranji-Stasiun Sudirman-kantor. kalo dari kantor jam 17.20, nyampe rumah ya kira-kira jam 18.20.
dengan KRL, Insyaallah aku selalu bisa shalat Maghrib berjamaah dengan suami tercinta. kalo naik bus? yang ada tiap hari jamak Maghrib-Isya'. trus aku juga ga perlu berangkat jam enam pagi biar ga nelat ngantor, jadi (at least) bisa masak ini itu dikit buat makan suami. dan si Shogun biru juga bisa lebih awet coz rute yang ditempuh relatif bebas dari jalan rusak+polisi tidur :D
dan tentunya hemat waktu+shalat Maghrib jamaah+motor awet jauh lebih penting ketimbang dana ekstra itu he he he
Alhamdulillah kami masih diberi kelapangan hingga ga terlalu berat mengeluarkan dana ekstra untuk naik KRL ekspres AC, jadi ga perlu berjubelan kaya ikan pindang di KRL ekonomi. Alhamdulillah meski masih roda dua, kami punya kendaraan pribadi. banyak orang lain yang harus mau dan rela naik angkutan umum yang sesak-ga aman-ga nyaman karena mereka ga punya pilihan lain.
btw, omong-omong soal desak-desakan di kereta ekonomi, aku jadi inget gerbong maut yang dipamerin di Museum Brawijaya, Malang. kalo ga salah, gerbong itu dipake Belanda buat angkut pribumi. saking penuh+panasnya, banyak yang meninggal di tengah jalan.
aku ga tau gimana desak-desakan jaman Belanda itu, tapi kalo ngeliat "pindang a la kereta ekonomi", jadi sempet nggumun: kayanya dunia perkeretaapian ga berubah jauh sejak jaman baheula
Comments
bebas muacet euy.....
@Mbak Nila: tapi kalo lagi gangguan, ya sama aja boong:D