Posts

Showing posts from May, 2010

Celoteh Ankaa

Ankaa : "Mi, Jojo minta pup" Aku : "Minta pup? Cepetan bawa ke kamar mandi" Ankaa : "Amang adi ana?" (baca: kamar mandi di mana?) Aku : "Di depan kamar mandi kita" Ankaa : "Nggak aha. Pitu tutup" (baca: pintunya ketutup) Aku : "Ya udah di samping kulkas sana" Ankaa : "Nggak ica, ada adus" (baca: nggak bisa, ada kardus) Aku : "Kalo gitu di dekat rak sepatu" Ankaa : "Nggak au, ati atu Aka acah" (baca: nggak mau, nanti sepatu Ankaa basah) Aku : "Di deket kursi depan TV deh" Ankaa : "Ati ipi Aka acah dong" (baca: nanti TV Ankaa basah dong) Aku : ( menyerah ) "Ya udah di mana aja, terserah kamu lah" Kelar urusan pup si Jojo boneka jerapah, Ankaa naik ke kasur. Masalahnya, di rumah sementara ini kasurnya pake ranjang, ga dihampar kaya di rumah kami. Udah gitu, ranjangnya juga lumayan tinggi. Jadi kebayang dong seremnya aku pas liat Ankaa tau-tau naik dan berdiri di tepi kas

Bintitan

Dari tiga bulan lalu (ato malah lebih ya?), mata Ankaa tuh bintitan. Awalnya di bawah mata kiri, trus kempes bentar waktu batpil. Eh batpil kelar, bintitnya nambah di atas mata kanan kiri. Aseli ngeselin liatnya. Tapi nggak ada merah-merah ato Ankaa ngeluh matanya sakit gitu. Tetangga dah pada nyuruh ke dokter aja, katanya takut kenapa-kenapa. Lha bintit sampe empat biji bo'. Tetep aku kekeuh nggak mau, apalagi karena inget dulu pernah nganter Mela operasi bintit di Bandung. Hiih dah.... Nanya ke milis Sehat, dapet saran treatment yang sama dengan yang aku lakuin selama ini: kompres air anget 3-4 kali sehari. Ya kayanya gampang ya tinggal kompres, tapi nyuruh ni bocah dikompres tuh susah bener. Yang nangis lah, berontak lah, apa lah. Belakangan sukses setelah Fath turun tangan (suamiku hebat!). Ya kalo soal bujuk rayu, Fath jagonya dah. Jadilah selama ngompres tuh aku nyanyi, ngaji, tebak-tebakan boneka, macam-macam lah. Alhamdulillah sekarang bintitnya dah kempes pes. Terbantu jug

Bu Huda

Dari zaman bocah, aku melihat ortuku menyebut nama rekan perempuan mereka ya dengan nama asli. Jarang banget pake nama suami. Ya ada sih satu atau dua. Kalo misalnya lupa Bu X itu siapa, baru deh di-refer dengan embel-embel istrinya Pak Y atau ibunya si Z. Nah begitu tinggal di kompleks sini, jadi ngerasa aneh aja kok ibu-ibu sekitar sini dipanggil dengan Bu (nama suami). Kecuali udah deket banget, baru deh manggilnya pake nama asli, tapi secara umum ya itu yang berlaku: Bu (nama suami). Karena kebiasaan sejak kecil, sampe detik ini, satu hal yang belum pernah aku lakukan (dan nggak pengen juga sih): memperkenalkan diri sebagai Bu Huda alias istrinya Huda (ini nama panggilan Fath :D). Rasanya aneh aja gitu. Jadilah di lingkungan sekitar ya dikenalnya sebagai Bu Ni'am, bukan Bu Huda. Pas pengajian minggu lalu, ada satu anggota baru. Waktu perkenalan, dia menyebutkan nama asli dan meminta dipanggil dengan nama Bu (nama suami). Karena heran, aku tanya aja kok nggak mau pake nama dia s