Balada PJJ
Sudah berapa lama PJJ? Lamaaaa. Banget.
Kayanya udah hampir setahun.
Baru saja selesai FGD dengan pihak sekolah Ankaa terkait wacana sekolah tatap muka dengan sederet protokolnya. Mulai dari SOP antar jemput, pakaian, jumlah siswa, sampai urusan ke toilet.
Dari perbincangan di chat room, banyak yang masih keberatan jika harus sekolah tatap muka.
Me? Kalau SOP sekolah tatap muka buanyak banget dan ribet sampai memberatkan guru dan siswa, rasanya lebih baik fokus membenahi PJJ deh. What's the point masuk sekolah sekitar 2,5 jam sebulan dua kali dengan prokes sebanyak itu? Mending tetap di rumah kan?
Belum lagi kalo mempertimbangkan resiko kesehatan. Iya sih ini baru wacana, belum tahu dimulai kapan. Masih harus percobaan dulu.
Tapi dalam wacana ini, di percobaan ini, yang jadi taruhan adalah kesehatan dan NYAWA siswa, guru, dan keluarga. Siapa bisa jamin semua yang terlibat taat prokes 100%? Ga ada.
Seharusnya beberapa bulan lalu Khalid dapat terapi dan check up rutin. Tapi kondisi pandemi ini tidak memungkinkan dia ranap di RS. Akhirnya terapi ditunda karena toh kondisinya ga life threatening. Dr Frida sudah bilang bahwa terapi akan ditunda sampai kondisi pandemi ini membaik. Jadi bagaimana mungkin saya pengirim Ankaa ke sekolah dengan resiko nambahin kasus, jika di saat yang sama adiknya Ankaa justru nunggu kasus turun agar bisa segera terapi?
Ankaa bukannya ga kepingin sekolah. Dia rindu teman-temannya. Dia ingin tahu siapa wali kelasnya. Tapi saya bilang: Mamah lebih memilih kamu tetap di rumah, belajar di rumah meski suka uring-uringan, ketimbang kamu di ICU dengan ventilator terpasang.
We're privileged. Sekolah anak2 memfasilitasi PJJ dengan cukup baik. Materi, buku, dan tugas disampaikan secara rutin. Ada pertemuan online dengan ortu. Kuota internet juga alhamdulillah cukup. Kalau dengar cerita tentang proses PJJ yang ga berjalan karena keterbatasan fasilitas dll, rasanya ga pantes deh kalau saya masih ngeluh.
Comments