opal


namanya opal. alias agus. aku bertemu dengannya dalam perjalanan pulang hari minggu kemarin. di metromini 74. tuh fotonya....maaf pencahayaan agak kurang. aku ga pake blitz demi menghindari copet. ntar ketauan lagi bawa camdig, kan bahaya.


awalnya aku melihat dia duduk di bangku seberangku. sedang menghitung "perolehan" hari itu. dengan cekatan ia menghitung lembaran ribuan dan keping limaratus dan dua ratusan. aku memandanginya cukup lama. dan sempat terpikir olehku, ia belajar menghitung dengan cara seperti itu.


tak tahan diam, kusapa dia. dialognya kurang lebih seperti ini:

aku: "dapat banyak?"

opal: "ngga. baru keluar"

aku: "emang biasanya sampe jam brapa?"

opal: "jam setengah lapan"

aku: "trus pulangnya gimana?"

opal: "naek kereta ama anak-anak. rame-rame gitu"

aku: "emang pulangnya ke mana?"

opal: "ke serpong, tangerang. kalo anak-anak ada yang ke jombang, pondok ranji, bintaro"

aku: "ibunya ke mana?"

opal: "di rumah. bapak juga"

aku: "ntar duitnya buat apaan tuh?"

opal: "ditabung ama buat bayar kontrakan"

aku: "sekolah ga?"

opal: "sekolah. dah kelas 3 esde. masuknya siang. dari jam setengah dua belas sampe jam setengah enam"

aku: "trus pulang sekolah ngapain?"

opal: "ya langsung jalan"

aku: "emang sehari dapet brapa biasanya?"

opal: "ceban"

aku: "ceban tuh brapa seh?" (pertanyaan bodoh ^_^#)

opal: "sepuluh ribu" (sambil ketawa)


begitulah. obrolan kami berlanjut hingga metromini memasuki terminal blokm.

opal: "kakak mau ke mana?"

aku: "pancoran"

setelah pertanyaan itu, kami turun. dia mencarikan bus 45 yang hendak kunaiki. dia menyeberangkan aku dari jalur 3 ke jalur 4. hati-hati, begitu pesannya. ia menyetop bus itu. dan menunggu hingga aku naik dan bus melaju. selama masih di jalurnya, opal tetap berdiri di samping bus dan memandangku lewat jendela.


saat akhirnya dia menghilang, aku berpikir. akan bagaimana dia kelak? mungkin baru sembilan tahun usianya. dia keliling sampai malam demi sepuluh ribu rupiah. jumlah yang bahkan tak cukup untuk makan sehari untukku.


entah ceritanya padaku benar adanya atau tidak. namun itu membuatku kembali mensyukuri bahwa aku tak pernah menjalani kehidupannya. aku memang sering pulang malam, namun tidak naik turun bus dan mengamen.


aku suka naik kendaraan umum seperti kemarin. desak-desakan memang. tapi membuatku melihat kenyataan seperti apa adanya. kenyataan yang takkan kulihat jika aku duduk santai di jok empuk mobil mewah.


*dear fath, itulah kenapa aku berkeras menolak naik taksi*


posting ini kuperuntukkan bagi opal, di mana pun dia berada kini.........................

Comments

Popular posts from this blog

iwan fals di minggu pagi

Dear Manajemen Plaza Bintaro Jaya,

RS Melati Husada