pendidikan dasar
senin pagi. di kereta. berdampingan dengan seorang ibu yang tengah menuturkan keresahannya akan kelanjutan studi putri tunggalnya. anak semata wayang, baru lulus SD, berniat melanjutkan ke sebuah SMP di wilayah DKI Jakarta.
malamnya, ada dialog di Metro TV tentang pendidikan untuk semua. menghadirkan Arif Rahman dan ex-Putri Indonesia yang sekarang jadi anggota DPR. dengan berapi-api, Angie memaparkan berbagai hal seputar pendidikan dasar. persis janji-janji masa kampanye. mungkin sebelum acara, dia menghafal semua materi kampanye.
kata Arif Rahman, kalem.
setiap kali mendengar pendidikan dasar sembilan tahun, aku teringat lagi wajah kusut ibu-ibu di kereta itu. satu anak, lima belas juta rupiah. mungkin dalam hati, diam-diam dia bersyukur hanya diberi amanah satu anak. bagaimana kalau dia punya lima anak?
lama-lama, pendidikan dasar sembilan tahun jadi kaya ibadah haji ya. WAJIB, bagi yang mampu.
kenapa harus SMP DKI?saya ga tahu kenapa, tapi anak saya dipersulit waktu daftar. katanya karena dari SD Islam, dari luar DKI. saya mau masukin dia ke SMP [menyebut satu SMP Negeri], karena dekat rumah. eh ga taunya susah banget. saya dimintain 15 juta. meski ada asuransi pendidikan, tapi jumlahnya ga segitu. padahal anak saya masuk tiga besar terus di sekolah. hari ini saya mau ke rumah neneknya, siapa tahu bisa daftar di sekolah dekat rumah neneknya. lalu saya mau ke Diknas, mau nanya, apa memang ada peraturan yang melarang siswa dari sekolah non-DKI masuk ke SMP DKI.
biar nanti SMA nya bisa di DKI juga. ya tahu lah Mbak, rata-rata SMA yang bagus di DKI semua. kalau mau di luar DKI, ada swasta. saya ga punya uang.
itu kan idealnya
setiap kali mendengar pendidikan dasar sembilan tahun, aku teringat lagi wajah kusut ibu-ibu di kereta itu. satu anak, lima belas juta rupiah. mungkin dalam hati, diam-diam dia bersyukur hanya diberi amanah satu anak. bagaimana kalau dia punya lima anak?
lama-lama, pendidikan dasar sembilan tahun jadi kaya ibadah haji ya. WAJIB, bagi yang mampu.
Comments
mungkin solusinya bisa seperti ini: (dikutip dari blog www.overseasthinktankforindonesia.com)
"Sekolah negeri yang dikelolah pemerintah, muridnya tidak membayar uang sekolah secara langsung. Yang bayar adalah semua penduduk resmi AS. Pembayaran ini dilakukan melalui pajak yang disetor oleh mereka ke Internal Revenue Service atau IRS (Departemen Perpajakan AS) sampai 35% dari pendapatan secara berkala setiap tahun (smbiz.com), sekitar 8% dari pajak penjualan untuk negara bagian Kalifornia, kurang lebih 1% dari pajak bangunan dan untuk kota tertentu ditambah assessment fee sekitar $2.500 per tahun bagi pemilik rumah.
Jika pendapatan seseorang $100.000 per tahun yang termasuk cukup tinggi, dengan harga rumah yang ia miliki sekitar $600.000 (harga yang termasuk paling murah di San Francisco), maka pajak yang dibayar ke pemerintah di luar pajak penjualan adalah sebesar $36.500 (28% dari $100.000 + 1% dari $600.000 + $2.500 essessment fee). Di dalam nilai $36.000 itu, sebagiannya digunakan oleh pemerintah untuk membiayai sekolah. "
@Mbak Chan: jadi hujan emas di negeri orang ya :D
@Tukang Ketik: usul Arif Rahman juga kaya gitu. but u know laa....ini Indonesia gitu
@Raffael: aku dulu juga gitu, pas mau masuk SMA. akhirnya nebeng di KK kerabat. tapi ga sampe dimintain duit kaya gini