tiket Piala Asia 2007

Dear PSSI,

sejak awal menikah, menonton laga Piala Asia 2007 adalah salah satu keinginan kami. dan saat kami booking tiket, rasanya separo langkah sudah terayun. apalagi mendengar sistem pertiketan yang lebih profesional (katanya). kami harus pesan dulu, kemudian menukarkan kuitansi sambil membawa bukti identitas diri H-3 pertandingan yang dimaksud. konon, untuk menghindari pemalsuan tiket. oh, boleh juga. setidaknya kami ga harus antre berdesak-desak di loket pada hari H pertandingan.

maksud hati beli tiket VIP, apa daya kapasitas dompet tak mencukupi. kami cukup puas membeli tiket kategori II. dengan bayangan sistem pertiketan baru, suasana stadion baru, dan perhelatan berskala internasional, membuat kami yakin Indonesia bisa menjadi tuan rumah yang hebat. apalagi senyum manis dan kata-kata ramah petugas penjualan tiket meyakinkan kami akan kesiapan kalian menjadi penyelenggara.

Dear PSSI,

sabtu pagi lalu, suami saya tercinta berangkat dengan penuh semangat menuju Gelora Bung Karno demi menjemput selembar tiket Indonesia vs Bahrain. dalam bayangan kami, berhubung kami sudah membayar lunas, tentunya penukaran tiket bisa berlangsung cepat.

tapi apa lacur, sesampainya di sana, panpel mempingpong suami dan entah berapa banyak calon penonton. katanya harus ke Plaza Barat Senayan. lalu harus ke sini. lantas ke sana. dan tahukah kalian bagaimana akhirnya sistem penukaran tiket itu berlangsung?
1. semua calon penonton antre di luar pagar stadion.....duhai, itu Jakarta mulai panas terik.
2. satu petugas berjalan menuju satu calon penonton, mengambil kuitansi+KTP, lantas kembali ke kantor Squash untuk mengambil tiket. FYI, kantor Squash bersebelahan dengan pintu pagar tempat antrian mengular.
3. di kantor Squash, data calon penonton diinput ulang, tiket dikeluarkan, lantas dibawa oleh petugas yang sama.

semua proses itu menghabiskan waktu sedikitnya 15 menit untuk SATU calon penonton. dan sepanjang proses itu, ada sederet bodyguard yang berjaga di balik pagar, entah untuk apa. mungkin menjaga supaya tidak ada kerusuhan. lagian, gimana mau ga niat rusuh, kita datang baik-baik untuk nuker tiket, eh diperlakukan kaya gitu.

Dear PSSI,

pakai logika sederhana aja deh. para calon penonton yang datang mengambil tiket, kan udah bayar. kalau udah bayar, lebih mudah diatur. lagian saat pesan, kan udah tercantum si X pesan tiket pertandingan apa, kategori apa, sektor berapa. kalau ada calon penonton yang kemarin datang tapi belum pesan, kan bisa dipisahkan. algoritma penukaran tiket kalian tuh kaya apa sih? lagian, ya mbok sadar, yang berniat nonton itu ga cuma warga Jakarta. ada ratusan suporter dari Malang, Semarang, dan daerah lain yang rela menuju Jakarta demi mendukung timnas Indonesia. kalian sudah menghina mereka dengan manajemen tiket amburadul seperti ini.

waktu kami pesan, mulut kalian manis dipenuhi janji-janji surga. waktu kami mengeluarkan uang untuk membayar, mata kalian berkilau-kilau kesenangan. tapi waktu kami menagih tiket, hak kami, malah kalian perlakukan seperti suporter kampungan yang ingin menonton tanpa bayar. hei, harga tiket ini berkali-kali lipat harga tiket biasa ya.....

Dear PSSI,

malam itu, kami dapat kabar bahwa kekacauan itu karena tiket terlambat datang dari AFC. kalau memang itu penyebabnya, apa susahnya sih pasang pengumuman yang isinya meminta para calon penonton datang keesokan harinya? itu kan lebih baik ketimbang memanggang mereka di terik matahari Senayan dan mempingpong mereka ke segala penjuru Senayan dengan alasan yang tak jelas.

Dear PSSI,

suporter sepakbola Indonesia mungkin salah satu suporter paling fanatik di muka bumi. meski kami mengutuki penyelenggaraan liga yang centang perenang, meski kami tak habis pikir dengan kualitas timnas, tetap saja kami ingin menyemangati kalian. harus bagaimana lagi sih kami menunjukkan rasa cinta kami pada sepakbola nasional?

sungguh aku penasaran, apa kalian masih berpegang pada pakem lama: kalau bisa dipersulit, kenapa harus dipermudah?

duh, ngurus tiket aja ga becus, gimana mau ngurus timnas? dan kalian ga minta maaf pula atas kericuhan kemarin. kalian pikir kami datang ke Senayan ga pakai waktu? ga pakai uang? kalian kira kami ga ada kerjaan lain selain antri tiket?

Dear PSSI,

aku jadi ingat tema Munas PSSI yang lalu, kalau ga salah Bermimpi menuju piala dunia 2020...bener ga? ya ngimpi aja deh. wajar kok kalau kalian pakai tema mimpi. mungkin dalam mimpi, kalian sukses besar menyelenggarakan Piala Asia. padahal urusan tiket aja ga beres.

Dear PSSI,

bakat bintang sepakbola, kita punya. suporter yang fanatik, kita punya. pengurus persepakbolaan nasional yang profesional???? itu masih dalam angan-angan

Regards,


Ni'am

Comments

mel@ said…
gimana kalo kamu buat proyek algoritma penukaran baru aja say?... :D
lumayan tuh... buat mereka jadi proyek nguras duit lagi... hehehe...
om idep said…
Ngimpi nyam, PSSI mau hebat ?
Ketuanya aja napi....
Anonymous said…
Duuuh kok ya nyebelin banget sih-sih....
Oalah gusti mugi-mugi Niam dan penonton laen diparingi Sabar....
Anonymous said…
Vote Ni'am buat jadi ketua pe-es-es-ih :D
adiwirasta said…
turut prihatin atas jeleknya organisasi bola nasional kita.
Ni'am said…
@Mela: sehebat apa pun algoritmanya, kalo yang eksekusi orang-orang macam PSSI, kayanya percuma

@Idep: iya ya....aku lupa kalo si Nurdin itu napi :D

@Mbak Luky: amiiiin

@Mbak Dian: ogaaah......

@Tukang Ketik: inilah Indonesia

Popular posts from this blog

iwan fals di minggu pagi

Dear Manajemen Plaza Bintaro Jaya,

RS Melati Husada