Habibah
Tadi pagi, kami sekeluarga ikut Iva n fam ke panti asuhan khusus bayi&balita di daerah Cipayung. Niatnya dalam rangka syukuran ulang tahun Qiqi, putri mereka.
Setelah bertemu dengan pengurus panti, ngobrol sedikit, kami menuju ruang bayi. Hanya boleh dua tamu yang masuk bersamaan, jadi aku dan Iva masuk duluan. Kami ngobrol sedikit dengan petugas di kamar bayi (Kristi dan Asih). Kami boleh membantu memegang botol susu dan menyendawakan, tapi tidak boleh menyusui.
Tak lama, aku pengen ajak Fath masuk ke dalam. Kebetulan Iva mau keluar juga. Saat menuju pintu, aku agak heran melihat seorang bayi yang tidur di boks paling ujung. Posisinya tampak tak nyaman di mataku. Sepertinya dia sulit bernafas.
Setelah membukakan pintu untuk Fath dan Ankaa, aku meminta izin untuk mengubah posisi tidur bayi itu supaya lebih nyaman.
Saat itulah aku merasa kondisi bayi itu aneh. Hidungnya sudah makin pesek tertekan guling yang cukup keras. Tangannya dingin. Buku-buku jarinya putih pucat dan di beberapa titik membiru. Badannya kaku. Aku kaget. Refleks aku bertanya pada Asih.
Bergegas mereka memeriksa bayi itu. Badannya dibalikkan. Punggungnya ditepuk-tepuk. Aku coba memberi pernapasan buatan dan menyadari bibirnya dingin sekali. Kristi mencoba menampar pipi bayi itu beberapa kali. Tak ada reaksi.
Mereka membawanya ke rumah sakit. Tapi jelas sia-sia. Melihat kekakuan badannya, mungkin bayi itu sudah meninggal satu jam sebelum aku balikkan badannya.
Aku menangis. Asih menangis. Fath bergegas keluar menyerahkan Ankaa pada Eka supaya dia tidak melihat betapa Umminya shock.
Bayi itu baru diserahkan ibunya ke panti dua hari lalu. Belum dikasih nama dari panti. Baru dikasih nama saat akan dimakamkan. Namanya Habibah.
Dia ke rumah sakit hanya untuk mendapat surat keterangan kematian.
Karena statusnya diserahkan, ibunya tak punya hak lagi untuk menengok.
Bayi itu baru belajar tengkurap, tapi belum cukup kuat untuk membalikkan badan. Saat tidur, dia tengkurap tapi gagal membalikkan badan saat hidung dan mulutnya tertutup guling.
Pagi tadi, pertama kalinya aku memegang orang mati. Dalam wujud bayi tiga bulan. Dengan suami dan anakku ada di belakangku.
Ingin sekali aku menyalahkan seseorang. Tapi tidak bisa. Asih dan Kristi berbagi shift pagi dan malam. Hanya ada satu petugas menjaga tujuh bayi dengan rentang usia 0-4 bulan. Aku tidak bisa menyalahkan mereka karena teledor. Mengurus satu bayi saja sudah cukup repot, apalagi tujuh. Apalagi satu di antaranya jelas mengalami masalah kesehatan dan rewel sepanjang waktu.
Aku ingin menyalahkan ibu Habibah. Tapi mungkin dia menyerahkan bayinya karena berharap Habibah mendapat kehidupan yang lebih baik. Tahu apa aku tentang kehidupan ibu Habibah?
Aku ingin menyalahkan orang-orang yang cuma mau enaknya bikin bayi tapi ga mau mengasuh. Tapi tudinganku hanya akan membentur tembok.
Namanya Habibah. Artinya kesayangan. Allah sayang sekali padanya hingga memanggilnya lebih cepat. Sepertinya, tadi aku ditakdirkan merasakan keanehan posisi Habibah supaya bayi mungil itu lebih cepat diurus.
Innalillahi wa inna ilaihi roojiuun. Habibah sudah mendapat tempat lebih baik di atas sana.
Setelah bertemu dengan pengurus panti, ngobrol sedikit, kami menuju ruang bayi. Hanya boleh dua tamu yang masuk bersamaan, jadi aku dan Iva masuk duluan. Kami ngobrol sedikit dengan petugas di kamar bayi (Kristi dan Asih). Kami boleh membantu memegang botol susu dan menyendawakan, tapi tidak boleh menyusui.
Tak lama, aku pengen ajak Fath masuk ke dalam. Kebetulan Iva mau keluar juga. Saat menuju pintu, aku agak heran melihat seorang bayi yang tidur di boks paling ujung. Posisinya tampak tak nyaman di mataku. Sepertinya dia sulit bernafas.
Setelah membukakan pintu untuk Fath dan Ankaa, aku meminta izin untuk mengubah posisi tidur bayi itu supaya lebih nyaman.
Saat itulah aku merasa kondisi bayi itu aneh. Hidungnya sudah makin pesek tertekan guling yang cukup keras. Tangannya dingin. Buku-buku jarinya putih pucat dan di beberapa titik membiru. Badannya kaku. Aku kaget. Refleks aku bertanya pada Asih.
Bergegas mereka memeriksa bayi itu. Badannya dibalikkan. Punggungnya ditepuk-tepuk. Aku coba memberi pernapasan buatan dan menyadari bibirnya dingin sekali. Kristi mencoba menampar pipi bayi itu beberapa kali. Tak ada reaksi.
Mereka membawanya ke rumah sakit. Tapi jelas sia-sia. Melihat kekakuan badannya, mungkin bayi itu sudah meninggal satu jam sebelum aku balikkan badannya.
Aku menangis. Asih menangis. Fath bergegas keluar menyerahkan Ankaa pada Eka supaya dia tidak melihat betapa Umminya shock.
Bayi itu baru diserahkan ibunya ke panti dua hari lalu. Belum dikasih nama dari panti. Baru dikasih nama saat akan dimakamkan. Namanya Habibah.
Dia ke rumah sakit hanya untuk mendapat surat keterangan kematian.
Karena statusnya diserahkan, ibunya tak punya hak lagi untuk menengok.
Bayi itu baru belajar tengkurap, tapi belum cukup kuat untuk membalikkan badan. Saat tidur, dia tengkurap tapi gagal membalikkan badan saat hidung dan mulutnya tertutup guling.
Pagi tadi, pertama kalinya aku memegang orang mati. Dalam wujud bayi tiga bulan. Dengan suami dan anakku ada di belakangku.
Ingin sekali aku menyalahkan seseorang. Tapi tidak bisa. Asih dan Kristi berbagi shift pagi dan malam. Hanya ada satu petugas menjaga tujuh bayi dengan rentang usia 0-4 bulan. Aku tidak bisa menyalahkan mereka karena teledor. Mengurus satu bayi saja sudah cukup repot, apalagi tujuh. Apalagi satu di antaranya jelas mengalami masalah kesehatan dan rewel sepanjang waktu.
Aku ingin menyalahkan ibu Habibah. Tapi mungkin dia menyerahkan bayinya karena berharap Habibah mendapat kehidupan yang lebih baik. Tahu apa aku tentang kehidupan ibu Habibah?
Aku ingin menyalahkan orang-orang yang cuma mau enaknya bikin bayi tapi ga mau mengasuh. Tapi tudinganku hanya akan membentur tembok.
Namanya Habibah. Artinya kesayangan. Allah sayang sekali padanya hingga memanggilnya lebih cepat. Sepertinya, tadi aku ditakdirkan merasakan keanehan posisi Habibah supaya bayi mungil itu lebih cepat diurus.
Innalillahi wa inna ilaihi roojiuun. Habibah sudah mendapat tempat lebih baik di atas sana.
Comments
sedih euy bacanya...
salam kenal,
alhamdullilah bayi Habibah telah kembali ke sang penciptanya dan tempat yang damai...semoga kejadian ini bisa memberikan hikmah untuk mbak Niam dan kita semua.
Aku bisa ngerasain gimana perasaan kamu saat itu,pasti terpukul sekali.
Penyebab meninggalnya Habibah kayaknya karena SIDS ya? Penyebab SIDS ini memang banyak faktor ya...tidur tengkurap adalah salah satunya dan bayi dibawah umur setahun adalah beresiko tinggi thd SIDS ini.
@Mbak Ima cantik: gulingnya sementara disingkirin aja sampe dede Nara kuat menyangga leher. Mbak Ima jaga adik nara yaa...
@Galang: iya..banyak sekali hikmah yang bisa diambil
@Mbak May: tengkurep gpp kali mbak, asal hidung ama mulutnya ga ketutup. kemarin ketutup guling, yang mana ukurannya sama gede ama tu bayi...hiks
@Mbak Luky: masih kerasa dinginnya...huhuhu....aku histeris banget kmaren
*speechless*
Allah sayang ama habibah..
tapi musti ati-ati juga ya say jaga bayi..hmmhh,....
sedih deh bacanya..
aku jg pernah ke panti ini waktu ponakan ku ulang tahun..
aku sempet liat ke kamar2nya..
waktu itu aku terharu banget liat begitu banyak bayi en balita yg innocent tp dah ga punya sapa2..
mudah2an kita jd lebih bisa menjaga anak kita dan anak kita dijauhkan dari mara bahaya..amiiin
Sedih banget.. kasiaann!!! hikss.. speechless :(
Shainaku dulu waktu bayi juga seringnya ditengkurepin, tapi mamanya ada disebelahnya.. aduh ngebayanginnya aja ngilu.
Karena Habibah belum sempat merasakan kasih sayang sebenarnya di dunia ini, Allah langsung-lah yang akan membelai dan menyayanginya.. betapa beruntungnya Habibah..
*lemes bacanya, speechless*