(Bukan Juga) Rumah Untuk Kami
Sudah tiga tahun kami jadi kontraktor. Ya sepanjang usia pernikahan :D Namanya manusia, udah pengen banget punya rumah sendiri. Yang bisa dibenerin tanpa mikir ini-kan-bukan-rumah-gw. Tempat aku bisa punya dapur yang nyaman buat masak *menjadikan kondisi dapur sebagai pembenaran malas masak* Yah yang pernah ngontrak, tau lah gimana rasanya. Rumah kontrakan kami sih benernya lokasinya enak, airnya bagus, tetangga juga baek, ga banjir, ke mana-mana dekat. But still, it's not our own house. Bu Neni, sang owner, sempet mengisyaratkan mau menjual rumah ini pada kami. Udah sempat seneng banget tuh. Udah membayangkan di sini jadi taman, di sini jadi dapur, di sini mushalla, di sampingnya ada perpustakaan kecil. Yah gitu-gitu lah. Akhir bulan depan, batas sewa rumah ini habis. Kami sudah niat mau memastikan jadi tidaknya rumah ini dijual, dan semoga dengan harga miring. Secara kami dah ngerasa jadi kontraktor yang baik. Saking baiknya sampe mengganti plafon bocor tanpa minta kompensasi hih