Suamiku

Suamiku pegawai pajak, bagian Penelaah Keberatan. Golongan III A. Pulang pergi dengan motor bebek biru kesayangan yang sudah menemaninya entah sejak kapan. Masuk jam 07.30 pagi, pulang kantor jam 17.00. Kalau load-nya lagi tinggi, lembur di rumah. Heran deh, kok matanya nggak siwer ya liat kertas segitu banyak?

Setiap pagi, sebelum berangkat, aku selalu bilang hati-hati. Maksudnya hati-hati di jalan. Sesampai di kantor, Fath pasti nelpon ngabarin kalo dah nyampe. Dan saat itulah aku bilang Hati-hati lagi. Maksudnya hati-hati dengan pekerjaan, jangan keluar jalur. Jangan menerima apa pun yang bukan hak-nya, meski itu hanya satu rupiah. Mungkin atasan nggak tahu, tapi Yang Di Atas kan Mahatahu.

Alhamdulillah penghasilan Fath mencukupi kebutuhan kami, meski sekarang aku memilih untuk tidak bekerja lagi. Karena aku yang pegang semua rekening, aku tahu persis berapa saldo di rekening kami. Berapa yang masuk, berapa yang keluar.

Sejak sebelum nikah, ada aja yang bilang enak jadi istri orang pajak, cepet kaya. Waktu itu sih rada kesel, karena yah u know lah...ada yang tersirat. Tapi lama-lama kuanggap doa aja. Ya semoga bener-bener cepet kaya, dengan cara yang halal tentunya.

Dan sekarang aku bisa bilang, aku merasa kaya. Rumah kontrakan kami terletak di kompleks yang aman dan tenang. Bukan di pemukiman padat yang sesak dan rawan kebakaran. Meski perlu perbaikan di sana sini, tapi rumah ini masih bisa melindungi kami dari panas dan hujan. Setiap bulan aku bisa mengatur anggaran rumahtangga dengan tenang, bisa menyisihkan sekian persen untuk tabungan dan persiapan sekolah Ankaa kelak. Masih bisa menyisihkan sedikit dana untuk sekedar nonton atau makan-makan.

Mungkin untuk standar beberapa orang, kami nggak kaya. Tapi kami tenang. Nggak capek melihat ke atas yang hanya akan bikin leher sakit dan pandangan berkunang-kunang.

Tetaplah jujur, Suamiku sayang. Akan butuh waktu memulihkan citra instansimu, tapi jangan menyerah. I love you......


*dan Gayus atau siapa pun yang demen nilep, moga-moga kalian bisulan di pantat dan nggak sembuh-sembuh seumur hidup [kejam mode ON]*

Comments

0ni :) said…
Like *jempol*
emaknye Fee said…
yups..
gara2 nila setitik, rusak susu sebelanga..
menjadi orang jujur itu emang tidak mudah..
tapi kita akan merasa bahagia jika bisa menjadi jujur, karena akan terasa damai dihati..
keep up the 'clean' job..
kiss for Ankaa
Mama Cise said…
Jiah nyindir gw nih tinggal di pemukiman padat hehe...

dimanapun berada sih bersyukur selama uang yang diperoleh halal...

kasihan say, yg udah ngos2an cari duit halal en msh tinggal di pemukiman padat rawan kebakaran, sangat kasihan kan :)
Anonymous said…
Selamat ya Bu, suami anda ini kayaknya jadi susu setitik dalam sebelanga nila ...
Ni'am said…
@Mbak Oni: *kelingking :D*

@Mbak Dian: padahal ya ga semua kaya si jayus ituh :(

@Windy: maksut ekeh yang macam sering masuk tipi karena kebakaran tea. yang penting halal....

@anonymous: nilanya nggak sebanyak itu kok, masih lebih banyak susunya :)
bangpay said…
gayus pasti berlalu... lalu muncul lagi gayus-gayus lain, tapi itu ndak apa-apa, karena merubah semua pegawai DJP menjadi bersih semua itu bukan tanggung jawab (utama) saya. tanggung jawab saya ya, diri saya, keluarga saya dan syukur-syukur lingkungan saya... :)
nurul huda said…
udah lama ga maen ke blogmu..ama ke rumahmu juga say...jadi kangen sama mas fath dan ankaa..kapan yah ketemuan lagi..hiks...miss u...

Popular posts from this blog

iwan fals di minggu pagi

Dear Manajemen Plaza Bintaro Jaya,

RS Melati Husada