Posts

Showing posts from April, 2010

Tata Bahasa

Image
Satu hal yang sering bikin aku gemes kalo denger celoteh Ankaa itu adalah, ga peduli dia lagi marah atau rewel atau nangis kaya apa juga, struktur kalimatnya tuh tetep benar. EYD lah pokoknya. Meski pengucapannya masih cadel, tapi udah tepat. Dan hal itu bikin susah mendebat. Sigh.

Reformasi Lulus

Ini pertanyaan yang muncul setelah lihat tayangan TV tentang betapa stres-nya anak-anak yang nggak lulus UN SMU. Kenapa sih pemerintah nggak mempertimbangkan untuk balik lagi pake sistem kelulusan jaman pra-(so-called) reformasi? NEM hanya untuk menentukan bisa nggak si siswa diterima di sekolah tertentu, dalam hal ini sekolah favorit. Tapi nggak menentukan kelulusan. Buat nentuin lulus atau nggak, ya pake STTB yang mencantumkan nilai semua pelajaran. Mungkin pada alergi dikira pro-jamanbaheula, jadi segala-gala mau direformasi tanpa mikir. UN perlu, tapi bukan jadi alat menentukan kelulusan. Kan bisa pake referensi dari rapor siswa selama sekolah. ps: tapi liat siswa yang merayakan lulus sambil mabok, bikin gemes pengen nabok....grrrr....masa kaya gitu bisa lulus sih?

Penghuni Melengos

Note: niat untuk menulis posting ini benernya udah lama. Tapi ditahan-tahan karena pikiran dimana-mana-juga-ada-orang-kayak-gitu. Nah barusan ada pemicunya jadi lah ini. Di ujung jalan dari rumah (kontrakan) kami, dulunya ada satu rumah dengan luas tanah yang luaaaaasss banget. Menurut keterangan tetangga lain, sebenernya sih itu bukan termasuk kompleks. Istilah kasarnya, itu kampung gitu lah. Nah dulu si empunya rumah (dan tanah), sebut aja Mr A meminta diberi akses jalan lewat kompleks karena kalau nggak, ya dia nggak punya akses jalan lagi. Lha di sisi kiri dia kena kompleks, kanan -utara-selatan kena tanah orang entah siapa. Entah gimana negonya, pokoke jadi aja dia bisa buka akses jalan. Dua akses malah. Dan proses pembukaan ini memang nggak mulus karena banyak warga yang nggak setuju. Yang jelas proses pembukaan akses ini terjadi bertahun-tahun sebelum kami tinggal di sini. Malah mungkin waktu aku masih SMA. Nah seiring berjalannya waktu, rupanya warga kesel juga sama kelakuan Mr

Pindah Pindah

Hari pertama: hunting kardus dan nyicil packing. Baru dapat dua kardus isi komik dan sebagian novel. Yes, kami mau pindahan. Lebih tepatnya mengungsi. Ga jauh-jauh, rumah tetangga depan aja kok. Awal bulan Maret lalu, mendadak bagian belakang rumah yang dipake nyimpen kayu sama Bu Neni (owner rumah ini) AMBRUK!!! Kena rayap T_T Tukang yang kami panggil langsung ngecek rangka atap dan bilang kalau kuda-kuda atap juga udah dirayapin. Langsung deh ingatan melayang ke rumah duh-sapa-tuh-lupa-namanya-yang-jelas-rumahnya-deket-sini-juga yang ambruk total karena rayap. Biasanya kalo ni rumah butuh perbaikan minor, i.e. bocor, fiber rusak, plafon bolong, atau apa lah, langsung kami benerin tanpa kasih tahu ke Bu Neni. Bukan karena kebanyakan duit, tapi kami nyewa rumah ini di bawah harga pasar dan lagi kami yang tinggal di sini. Yang ngerasain enak ga enaknya juga kami. Jadi selama range harga perbaikannya masih masuk akal, ya hayu deh tanggung sendiri. Tapi ini rangka atap bo, mana tahan biay

Seragam

Hari Kamis biasanya Fath pakai seragam kantor. Tapi Kamis ini tidak. Fath cerita pada hari terakhir pengumpulan SPT lalu, seorang perempuan pegawai kantor pajak yang mengenakan seragam diteriaki MALING saat turun dari KRL. Dan kami ingat saat jalan-jalan wiken lalu, tanpa sadar Fath pakai kaos yang dia dapat waktu outbound. Dia dapat banyak lirikan sinis. Efek paling menyebalkan dari kasus GT terutama dirasakan oleh mereka yang nggak bersalah . Dan aku yakin si GT kayanya nggak mikirin hal ini sebelumnya. Makin parah saat disorot oleh liputan TV plus bumbu-bumbu kalimat dari presenter TV yang berat sebelah. Presenter TV kok nggak netral ya? Sekarang orang-orang banyak yang main pukul rata. Sampe waktu pengajian RT, dengan nada bercanda ada yang minta transferan. Ampun dah....