Sambilan

Konon, kalau sesuatu dikerjakan karena memang cinta, karena memang minat, dan dikerjakan dengan penuh kesungguhan, Insyaallah hasilnya bagus. Udah mulai kayak motivator karir belom?

Saya selalu penasaran, kenapa sih ketua umum persatuan olahraga di Indonesia rata-rata orang "berpangkat"? Entah si ketum ternyata jendral anu, atau pejabat itu, atau bos itu, atau orang kaya ini. Kok rasanya jarang banget ada persatuan olahraga yang ketum (atau setidaknya pengurus pusat) yang dijabat oleh mantan atlet atau pelatih. Kan yang tahu persis apa dan bagaimana kebutuhan olahraga adalah orang yang memang sehari-hari berkecimpung di dalamnya.

Saya nggak meragukan kesungguhan para "pejabat" itu dalam mengurusi olahraga. Pun saya nggak meragukan kecintaan mereka pada cabang olahraga yang kebetulan mereka urus.

Pikiran saya sederhana saja. Mereka kan sudah punya pekerjaan atau aktivitas utama, apa pun itu. Apakah mereka masih punya cukup waktu, tenaga, dan konsentrasi untuk menjalankan amanah sebagai ketum persatuan olahraga tersebut.

Saya jadi bertanya-tanya, di sela-sela kesibukan dan tanggungjawab yang mereka emban, masihkah ada cukup energi untuk mengurus olahraga? Saya hanya kuatir, kesibukan utama mereka membuat cabang olahraga yang mereka urus jadi sekedar (maaf) sambilan. Atau sekedar memperpanjang CV saja. Or worse, sekedar jadi jabatan politis.

Kalau sesuatu dilakoni secara (sekali lagi, maaf) sambilan, kapan olahraga kita maju? Apa nggak lebih baik jika amanah itu diemban oleh orang yang memang seluruh waktu, tenaga, pikiran, dan cintanya dicurahkan pada olahraga yang bersangkutan. Orang yang memang punya visi dan impian tentang olahraga yang ia cintai. Orang yang tahu seluk beluk permasalahan dan alternatif solusi.

Iya sih dengan "kepejabatan" (ada nggak sih istilah ini?) yang mereka miliki, mungkin ada kemudahan fasilitas dan ini itu. Tapi apa lantas fasilitas jadi jaminan prestasi? Kalau memang segala kemudahan itu jadi alasan, kok bisa ya urusan tiket ke London 2012 aja riweuh?

Suatu hal yang diurus part-time, hasilnya (sangat mungkin) tidak maksimal.

Saya dan suami mulai patah arang melihat sepakbola Indonesia. Semoga kami nggak patah arang juga melihat bulutangkis Indonesia dan cabang olahraga lainnya.

Oia, mumpung lagi ngomongin olahraga. Saya cuma nonton sekilas pembukaan dan penutupan PON Riau. Dan seketika saya membandingkan dengan London 2012. Iyaa emang nggak apple to apple. Yang saya soroti bukan persiapan (yang amburadul) atau hiburan waktu upacara kok.

Satu hal yang paling berkesan dari closing ceremony London 2012 adalah pidato Sebastian Coe. Singkat, padat, dan nyaris membuat saya berkaca-kaca. Sedangkan waktu nonton pembukaan dan penutupan PON Riau (meski sebentar), saya jadi ngantuk. Panjang dan banyak bener yak sambutannya?

Btw, Sebastian Coe mantan atlet loh. Lihat hasilnya kan?

Comments

Popular posts from this blog

iwan fals di minggu pagi

Dear Manajemen Plaza Bintaro Jaya,

RS Melati Husada